Laman

Senin, 18 Juni 2012

TIM PENDAKI GUNUNG DAN PENJELAJAH ALAM YEPE

TIM PENDAKI GUNUNG DAN PENJELAJAH ALAM YEPE





I Love YEPE


WE SHALL OVERCOME

We shall overcome, we shall overcome,
We shall overcome someday;
Oh, deep in my heart, I do believe, 
We shall overcome someday.
Black and white together,  Black and white together ,
Black and white together  someday;
Oh, deep in my heart, I do believe,
We shall overcome someday. 

We'll walk hand in hand, we'll walk hand in hand,
We'll walk hand in hand someday;
Oh, deep in my heart, I do believe,
We'll walk hand in hand someday.

We are not afraid, we are not afraid,
We are not afraid today;
Oh, deep in my heart, I do believe,
We are not afraid today.

Selasa, 10 April 2012

Seperti tanpa arti

Seperti tanpa arti





Walau kaki ini dapat berdiri
Langkah tak dapat meniti
rasa tak ubahnya mati
saat Semua terjadi
Tanpa setitik api
Sahabat sejati
Luka dalam coret hati
Kecewa ini menghinggapi
Sangka yang tlah menghianati
Isyarat waktu selamanya terhenti
Ku Disini kata tak kuasa lagi
Pikirku tak mampu resapi
Tawa ku dalam sepi
Sapa ku sendiri 
tiada yang mengerti
Asa tiada satupun peduli
Aku memang tiada arti
Inginku menjauh pergi
Di waktu tiada bertepi


Minggu, 01 Januari 2012

Welirang,Catatan Perjalanan





Kembali lagi berpetualang (lagi-lagi) ke gunung arjuno. Persiapan sudah dilakukan sejak tanggal 22 Desember 2011, mulai dari menghimpun massa sampai ke penyewaan alat-alat persiapan mendaki ke puncak 3.339 meter itu. Memang jadwal mendakinya bertepatan dengan adanya undangan di acara tahunan bertempat di SMA Ar-Rohmah, tapi sudah kangen rasanya sama gunung yang satu ini. Gunung yang puncaknya sering mencibirku saat dia terlihat sangat cerah dari kampusku yang berada sekitar 30 kilometer dari puncaknya. Kami kesana berempat yakni saya Adit, Andi, Juned dan Fani





Andi dan Juned sudah berada di Malang dua hari sebelum pendakian, mereka datang dari Pandaan ke Malang untuk membicarakan logistik dan keperluan pendakian.  Sabtu 24 Desember kami berempat bertolak meninggalkan Malang, tentunya setelah Fani pulang dari sekolahnya (Fani adalah anggota termuda dalam perjalanan ini, masih kelas 2 SMA). Aku membonceng Fani dan Juned Bersama Andi, kami menuju ke Pandaan, ke kediaman Andi sebagai basecamp, kami biasa menyiapkan semua keperluan dan finishing di rumah Andi setiap melakukan pendakian via Tretes.

Perjalanan dari Malang menuju Pandaan disertai cuaca buruk, hujan deras sepenjang perjalanan. Tentu kami harus mengatasi  keadaan ini dengan memakai ponco, menembus hujan dan kabut selama perjalanan.





Minggu pagi tanggal 25 Desember 2011, berbeda dengan cuaca di hari kemarin, kami berharap cuaca ini akan berlangsung selama pendakian. Kami menuju pos perijinan pendakian di belakang Hotel Surya Tretes, mengisi form, membayar biaya administrasi dan asuransi. Pos perijinan ini sudah berada di ketinggian sekitar 900 mdpl. Lalu kami berdoa sebelum melakukan perjalanan ini, ya semoga selamat selalu.









Perjalanan ini sudah pernah kami rasakan, tepat pada hari yang sama setahun yang lalu, kecuali Fani yang mungkin ini adalah jalur baru baginya.Kami melalui jalanan berbatu, jalan ini juga merupakan jalan transportasi para petani belerang. Jalan breliku dengan semak belukar di kanan dan kirinya, tak begitu banyak pohon-pohon besar disini.
 



Makan makanan kecil, foto-foto dan mengobati kaki yang lecet


 
Sekitar 100 meter perjalanan meninggalkan pos kedua, kabut tebal turun dan langsung mengguyur kami. Beruntung kami sedang melewati sebuah gubug milik perhutani Kabupaten Pasuruan sehingga kami dapat berteduh sejenak disana. Rupanya gubug ini baru karena kami tak menemuinya setahun yang lalu di jalur ini. Hujan semakin deras sementara kami tak mau berlama-lama berteduh menghabiskan waktu disini. Akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan memakai ponco yang kami bawa.








Pos ketiga ini adalah tempat bersemayamnya belerang yang siap dibawa turun, belerang-belerang ini sudah dikemas dalam sak-sak plastik dengan ukuran tertentu untuk kemudian dibawa turun dengan mobil  Jeep 4x4. Pos ini nampak seperti sebuah pemukiman, beberapa gubug lengkap dengan gudang amunisi, eh... logistik maksudnya dan sebuah musholla, semua terbuat dari kayu dan atapnya dari daun pohon kelapa.Pos3 ini juga merupakan persimpangan jalur pendakian menuju Puncak Arjuno dan puncak Welirang.
Ketika kami datang, tempat ini sudah ramai dengan beberapa pendaki yang lain. Beberapa tenda sudah berdiri tegak. Tanpa mendirikan tenda kami beristirahat untuk makan siang.

Makan siang kami memang tidak ditemani dengan cuaca yang bersahabat, Bahkan ketika kami melakukan sholat, celana kami yang sebagian basah menjadi benar-benar basah, begitu juga dengan baju, karena kami sholat ditengah guyuran hujan rintik dan matras yang basah.


Maka dengan pertimbangan cuaca seperti ini akan sangat mungkin kita hadapi di Puncak Arjuno. Keluarlah sebuah tanya yang mengaburkan tujuan kita bersama. Ke Puncak Arjuno atau ke puncak Welirang? Pertanyaan yang membuatku menelan ludah. Semua diam sejenak, namun mata Andi, Juned dan Fani serentak tertuju padaku. Aku tak tahu apa maksudnya. Udara dingin dan air hujan menambah beku bibirku yang tak dapat berkata apa-apa. Mungkin mereka tahu bahwa aku sangat menginginkan puncak 3.339 mdpl itu. Tapi mengapa aku yang harus mengambil keputusan, entahlah. Dengan suasana seperti ini sebetulnya akupun tak tahu harus berkata apa, inginku tetap ke puncak Arjuno, apapun kondisinya, tak ada yang perlu dikhawatirkan, kurasa. Karena persiapan kita sudah cukup. Namun pada akhirnya dengan berbagai pertimbangan dan berat hati, bersama kita putuskan tidak melanjutkan ke puncak Arjuno. Maka rencana kita mendirikan camp di Pos 3 ini batal dan diganti dengan melanjutkan perjalanan ke sebuah tempat di ketinggian 3000 meter dan jarak tempuh 1 jam ke puncak Welirang.Kesepakatan sudah diambil, mungkin aku yang paling merasakan kecewa atas ini, namun tubuh ini mungkin sudah letih, kedinginan, peluh dan air hujan bercampur dan matahari sudah akan kembali ke peraduannya, maka kita segera berangkat mengikuti  jalur pendakian Welirang.






Jalur pendakian ke puncak Welirang ini lebih banyak jalan setapak dan banyak persimpangan sehingga cukup membingungkan, namun tak perlu khawatir karena kita hanya perlu mengikuti jalur yang terdapat bekas roda kereta milik petani pengangkut belerang.


Camp ini berada di ketinggian sekitar 3000meter atau sekitar 150 meter dibawah Puncak Welirang, tak ada mata air dan bangunan lainnya, yang ada hanya hamparan padang rumput yang luas. Suasana dingin, basah,hening dan gelap, kami segera mendirikan tenda dengan bantuan pencahayaan lampu senter. Membongkar semua isi tas dan memasukkannya dalam tenda, kemudian kami makan malam. Segelas kopi panas sedikit membuat hangat suasana, kami tak mau berbagi kehangatan ini bersama rintikan air hujan dan angin di luar tenda yang sejak tadi membuat beku bibir dan tagan kami. Setelah melakukan sholat, kami beristirahat.








Pagi harinya muncul cerita-cerita aneh tentang pengalaman tidur semalam. Sleeping Bag basah, kaos kaki yang terlepas, tak bisa tidur, embun dalam tenda sampai tingkah kita dalam tenda saat tidur. Tenda yang kami bawa memang sempit untuk tidur 4 orang. Namun dari semua itu tak ada sedikitpun nampak rasa menyesal telah melakukan perjalanan ini. Disebelah utara, puncak Welirang menunggu, kami berkemas dan segera berangkat. Memang sinar matahari tampak sayup-sayup dibalik awan, namun kami berharap akan  cerah dipuncak nanti.





Tibalah saatnya meninggalkan camp menuju puncak. Bersama kami turut serta  para petani belerang yang tandanya kami masih berada di jalur pendakian yang benar.



Hilir mudik para petani yang memikul gerobag (kereta tarik) belerang ini merupakan pemandangan menarik bagi kami, saya mencoba mengambil gambar. Namun rupanya salah seorang diantara mereka merasa tidak nyaman atas ini. Aku pun segera menyimpan kamera dalam tas untuk menghormati mereka.


yang artinya “mas, jangan mengambil gambar (potret) saya (petani), kami ini orang susah, jadi tidak perlu diambil gambar”
--salah seorang petani belerang berbicara dalam bahasa jawa--






welirang emblem




Senin, 11 Juli 2011

Plaza Tunjungan



Masyarakat Jawa Timur pasti sudah Tak asing lagi dengan nama Plaza Tunjungan atau yang biasa disingkat TP.Pusat perbelanjaan  yang terletak di kawasan bisnis kota Surabaya tepatnya di jalan Basuki Rahmat ini merupakan tempat belanja favorit masyarakat Surabaya dan sekitarnya.Plaza Tunjungan dikembangkan oleh Pakuwon Group yang juga menaungi PTC dan Supermal Pakuwon Indah di Surabaya Barat serta Royal Plaza di kawasan Darmo Surabaya Pusat.



 logo plaza tunjungan lama

Plaza Tunjungan terdiri dari 4 bangunan utama yang antara bangunan satu dengan bangunan yang lain saling menyambung,terdiri dari  7 lantai yakni LG (Lower Ground),UG (Upper Ground),dan lantai 1-5,sehingga menjadi pusat perbelanjaan terbesar di Jawa Timur.

Plaza East I
Plaza East atau yang lebih dikenal dengan sebutan TP 1 dibangun di jalan Basuki Rahmat Surabaya,dibuka pada tahun 1986 dengan 7 lantai dan sebuah atrium yang besar.Ini merupakan bangunan pertama yang dinamakan “Plasa Tunjungan”.TP 1 mengalami renovasi setelah 22 tahun pengoperasiannya,tepatnya pada tahun 2008,kini seiring diubahnya nama menjadi Tunjungan Plaza East,TP 1 tampil lebih modern karena renovasi meliputi bagian dalam dan luar (skin),jika kita memasuki area atrium saat ini akan tampak sangat berbeda dengan 6 tahun yang lalu,warna yang mendominasi bukan lagi hijau,melainkan abu-abu dan aksen kaca yang minimalis serta pantulan cahaya yang didominasi warna putih pada langit-lagit di tiap koridornya,yang sebelumnya berwarna kuning hangat.


Plaza East II


Biasa disebut TP 2 dibangun di jalan Basuki Rahmat,tepat disamping sebelah utara pendahulunya,Plaza East 1.Walau tak sebesar “kakaknya”,namun TP 2 turut menjadikan kawasan Tunjungan ini semakin favorit untuk berbelanja.Plaza yang dibuka pada tahun 1991 kini juga disebut sebagai Lifestyle Center (LC).Diatas plaza ini juga berdiri sebuah tower (-----) yang berdinding kaca.Plaza East II juga memiliki jalan penghubung ke Plaza East I di semua lantai,kecuali lantai UG.Plaza East II hingga kini belum mengalami renovasi dan pergantian skin seperti Plaza East 1,Masih tampil begitu adanya sejak dirancang,yakni keramik putih berukuran sekitar 10x15 cm sebagai pelapis dinding bagian luar dan masih terpampang logo Plaza Tunjungan yang lama.

Plaza Central


Plaza Central atau TP 3 dibangun di belakang Plaza East 1,dengan penghubung koridor beratrium di semua lantai.Plaza Central memiliki atrium yang lebih besar dari atrium Plaza East dan berbentuk Oval.Plaza yang dibuka pada tahun 1996 ini juga telah dirancang sebagai tempat belanja berkelas dunia, didukung dengan adanya gerai-gerai besar serta ritel yang turut meramaikan Plaza Central.Pada awalnya Lantai dasar Plaza Central ini digunakan untuk Ice Skating,namun pada tahun 200? dialihfungsikan menjadi Hall akbar untuk acara Nasional maupun regional.Di lantai paling atas Plaza Central terdapat Multifunction Hall yang dapat disewa untuk acara resepsi pernikahan,Convention Hall di lantai 6 yang sering digunakan untuk area konser serta Expo Center di lantai yang sama.

Plaza West


Bagian keempat dari seri Plaza Tunjungan ini adalah Paza West yang memiliki pintu masuk utama mengahdap ke jalan Embong Malang Surabaya,dibuka pada tahun 2001 dengan ritel terbesar didalamnya,SOGO.Plaza West juga dihubungkan oleh koridor panjang beratrium ke Plaza Central.


Denah Plaza Tunjungan merupakan ilustrasi umum dan bukan denah per lantai.
Logo Plaza Tunjungan dibuat ulang oleh Adithsign UC
Hak Cipta Logo pada yang bersangkutan
Properti Grafis milik Adithsign UC
Artikel Oleh AdithLib UL
Gambar dan foto oleh Google




Kamis, 07 Juli 2011

Konferensi Rajab 1432


Sebuah perhelatan akbar dihelat pada 26 Juni 2011 lalu di Stadion utama Gelora Delta Sidoarjo.Sedikitnya 25.000 partisipan dari berbagai usia dan kalangan memadati eks tuan rumah PON 2000 itu.Datang dari seluruh wilayah dalam cakupan Jawa Timur dan Bali,mereka semua tergabung dalam satu suara,satu tujuan,menyelenggarakan Konferensi Rajab.

Ratusan bus telah berada di sekitar lokasi sejak pukul 05.00 bahkan beberapa telah ada sejak  sehari sebelumnya.Para peserta berkumpul dan mulai memasuki stadion melalui 20 pintu masuk untuk memadati  10 sektor yang ada.Acara dibuka mulai pukul  07.30 dengan iringan lagu-lagu perjuangan Islam diantaranya mars dan “Adakah Kau Lupa”,kemudian disusul dengan sambutan-sambutan dan lantunan ayat suci Al-Quran.

Tujuan diadakannya Konferensi ini adalah untuk memberikan wawasan bagi umat Islam di Indonesia pada khususnya dengan sistem pemerintahan Islam.Konferensi yang juga telah dilaksanakan di beberapa kota besar di seluruh tanah air ini juga bertujuan meningkatkan komitmen untuk menyongsong kembali era kekhalifahan yang telah putus sejak tahun 1928 lalu oleh Mustafa Kemal Pasha yang diawali dengan merubah negara Turki dari negara Islam ke negara Republik sekuler.Sejak saat itu umat islam mengalami kemunduran baik di bidang teknologi maupun ilmu pengetahuan,karena penjajahan kapitalisme seperti yang ditengarai saat ini.


Konferensi Rajab ini dihelat dengan tatanan apik dan profesional,melibatkan kalangan media elektronik dan iringan musik secara live,juga terdapat aksi teatrikal yang intinya menggambarkan keadaan umat Islam saat ini tanpa seorang pemimpin (Khalifah).Penyelenggaraan Konferensi Rajab ini akan mencapai puncaknya di Stadion Lebak Bulus Jakarta bersamaan dengan penyelenggaraan agenda yang sama di Stadion Jalak Harupat Bandung pada 29 Juli 2011.

Galeri Foto Terkait :





Logo dibuat ulang oleh Adithsign
Hak Cipta pada yang bersangkutan
Artikel oleh Adithlib.UL
Foto : Agils